tradisi MOS/ MPLS telah mengakar dalam sistem pendidikan Indonesia selama puluhan tahun. Masa orientasi siswa baru ini memiliki sejarah panjang yang dimulai sejak era kolonial. Kegiatan pengenalan lingkungan sekolah terus mengalami transformasi signifikan dari masa ke masa.
Sejarah mencatat bahwa tradisi MOS/ MPLS pertama kali muncul di School Tot Opleiding Voor Indische Artsen (STOVIA) pada tahun 1898-1927. Sistem orientasi ini berkembang pesat di berbagai jenjang pendidikan Indonesia. Para siswa senior memperkenalkan lingkungan sekolah kepada adik kelas mereka melalui berbagai aktivitas.
Perkembangan zaman membawa perubahan mendasar dalam penyelenggaraan orientasi siswa. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nomor 18 Tahun 2016 mengubah istilah MOS menjadi MPLS untuk menciptakan lingkungan yang lebih edukatif. Transformasi ini menandai era baru dalam sistem pendidikan nasional yang mengutamakan keselamatan siswa.
MPLS kini menerapkan standar ketat dengan melarang praktik perpeloncoan dan kekerasan. Siswa senior atau kakak kelas dilarang terlibat sebagai penyelenggara untuk memastikan kegiatan berjalan sesuai regulasi. Para pendidik profesional mengambil alih peran pembimbing dalam setiap sesi orientasi.
Pemahaman mengenai sistem orientasi tradisional ini penting bagi institusi pendidikan modern termasuk platform digital. Sekolah digital seperti Javacom membantu siswa memahami konsep pendidikan progresif yang mengutamakan pembelajaran berkelanjutan. Era digital menghadirkan pendekatan baru dalam mempersiapkan siswa menghadapi tantangan masa depan tanpa tekanan berlebihan.
Comments are closed